--------
Dalam wiracarita Ramayana, Kumbakarna (Sanskerta: ?????????;
Kumbhakar?a) adalah saudara kandung Rahwana, raja rakshasa dari Alengka.
Kumbakarna merupakan seorang rakshasa yang sangat tinggi dan berwajah
mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya
yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur selama enam bulan, dan
selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, secara harafiah nama Kumbhakarna
berarti "bertelinga kendi".
Keluarga
Ayah Kumbakarna adalah seorang resi bernama Wisrawa, dan
ibunya adalah Kekasi, puteri seorang Raja Detya bernama Sumali. Rahwana,
Wibisana dan Surpanaka adalah saudara kandungnya, sementara Kubera, Kara,
Dusana, Kumbini, adalah saudara tirinya. Marica adalah pamannya, putera Tataka,
saudara Sumali. Kumbakarna memiliki putera bernama Kumba dan Nikumba. Kedua
puteranya itu gugur dalam pertempuran di Alengka. Kumba menemui ajalnya di
tangan Sugriwa, sedangkan Nikumba gugur di tangan Hanoman.
Anugerah Brahma
Saat Rahwana dan Kumbakrana mengadakan tapa, Dewa Brahma
muncul karena berkenan dengan pemujaan yang mereka lakukan. Brahma memberi
kesempatan bagi mereka untuk mengajukan permohonan. Saat tiba giliran
Kumbakarna untuk mengajukan permohonan, Dewi Saraswati masuk ke dalam mulutnya
untuk membengkokkan lidahnya, maka saat ia memohon "Indraasan"
(Indrasan – tahta Dewa Indra), ia mengucapkan "Neendrasan" (Nindrasan
– tidur abadi). Brahma mengabulkan permohonannya. Karena merasa sayang terhadap
adiknya, Rahwana meminta Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Brahma
tidak berkenan untuk membatalkan anugrahnya, namun ia meringankan anugrah
tersebut agar Kumbakarna tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan.
Pada saat ia menjalani masa tidur, ia tidak akan mampu mengerahkan seluruh
kekuatannya.
Peran di Alengka
Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada Rahwana,
menyadarkan bahwa tindakanya keliru. Ketika Rahwana kewalahan menghadapi Sri
Rama, maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya. Kumbakarna sebenarnya tahu
bahwa kakaknya salah, tetapi demi membela Alengka tanah tumpah darahnya dia pun
maju sebagai prajurit melawan serbuan Rama. Kumbakarna sering dilambangkan
sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela Alengka untuk
segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa
rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban.
Pertempuran dan kematian
Saat Kerajaan Alengka diserbu oleh Rama dan sekutunya,
Rahwana memerintahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang
tertidur. Utusan Rahwana membangunkan Kumbakarna dengan menggiring gajah agar
menginjak-injak badannya serta menusuk badannya dengan tombak, kemudian saat
mata Kumbakarna mulai terbuka, utusannya segera mendekatkan makanan ke hidung
Kumbakarna. Setelah menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna benar-benar
terbangun dari tidurnya.
Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba
menasihati Rahwana agar mengembalikan Sita dan menjelaskan bahwa tindakan yang
dilakukan kakaknya itu adalah salah. Rahwana sedih mendengar nasihat tersebut
sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap bermusuhan dengan Rama,
Kumbakarna maju ke medan
perang untuk menunaikan kewajiban sebagai pembela negara. Sebelum bertarung
Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana, adiknya, setelah itu ia
berperang dengan pasukan wanara.
Dalam peperangan, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara
dan banyak melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman, Nila, dan
lain-lain. Dengan panah saktinya, Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna.
Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa menginjak-injak pasukan wanara.
Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna dengan panahnya. Tanpa tangan dan
kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara.
Melihat keperkasaan Kumbakarna, Rama merasa terkesan dan kagum. Namun ia tidak
ingin Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Akhirnya Rama melepaskan panahnya yang
terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya dan
membawanya terbang, lalu jatuh di pusat kota
Alengka.